Berdasarkandimensi waktu, manusia merupakan subjek dan objek dalam peristiwa sejarah. Contoh kedudukan manusia sebagai subjek sejarah ditunjukkan oleh pernyataan A. Bung Tomo menjadi tokoh sentral dalam pertempuran Surabaya melawan pasukan Sekutu. B. Pak Anton menuturkan pengalamannya sebagai aktivis mahasiswa yang menuntut reformasi
Sejarahsebagai ilmu memiliki arti bahwa sejarah merupakan pengetahuan tentang peristiwa yang terjadi di masa lalu, kemudian disusun secara sistematis dan memiliki metode pengkajian ilmiah yang digunakan untuk mendapatkan suatu kebenaran atau suatu hal yang nyata.Sejarah adalah catatan tertulis permanen dari masa lalu. Karena pencatatan riwayat adalah bagian penting dari melakukan riwayat, “catatan riwayat” ditunjukkan untuk setiap aktivitas. Baru-baru ini, sejarah juga direkam dalam bentuk rekaman audio dan video, dan banyak aktivitas yang cocok untuk jenis rekaman ini juga. Anak-anak Anda mungkin tertarik untuk mengetahui bahwa waktu dinosaurus favorit mereka disebut “prasejarah” karena itu adalah sejarah yang tidak tercatat. Mereka juga harus tahu bahwa beberapa bahasa tertulis telah ditemukan karena bercerita secara lisan, tanpa merekamnya dalam bentuk tertentu, tidak dengan sendirinya merupakan cara yang cukup pasti untuk melestarikan identitas suatu bangsa. Dalam kehidupan sehari-hari kita sering mendengarkan istilah kisah. Kisah biasanya berupa penuturan seseorang tentang suatu cerita terhadap orang lain. Ketika orang menuturkan suatu kisah sejarah kepada orang lain, akan diwarnai oleh persepsi si penutur tersebut. Sejarah sebagai kisah adalah cerita berupa narasi yang disusun dari memori, kesan, atau tafsiran menusia terhadap kejadian atau peristiwa yang terjadi atau berlangsung pada waktu lampau atau sejarah serba subjek. Dengan demikian, dalam sejarah sebagai kisah, subjektivitas akan muncul. Hal ini berbeda dengan sejarah sebagai peristiwa. Dalam sejarah sebagai peristiwa orang hanya melihat fakta sejarah, bukan mendengar atau membaca kisah sejarah. Subjektivitas dalam sejarah kisah akan nampak ketika ada dua orang menuturkan peristiwa sejarah yang sama. Perbedaan ini dapat muncul karena si penutur cerita tersebut memberikan penafsiran terhadap peristiwa yang ia tuturkan. Misalnya ketika kita mewancarai orang-orang yang pernah mengalami atau melihat peristiwa Bandung Lautan Api. Kemungkinan orang-orang yang mengisahkan peristiwa Bandung Lautan Api akan berbeda mengisahkannya antara satu dengan yang lainnya. Apabila yang kita wawancarai adalah seorang prajurit yang terlibat perang melawan Belanda, mungkin ia akan menceritakan peristiwa Bandung Lautan Api dalam perspektif dirinya sebagai seorang tentara yang selalu berperang saat itu. Namun apabila yang kita wawancarai misalnya seorang petani, mungkin dia tidak terlalu menceritakan peristiwa Bandung Lautan Api sebagai bagian dari strategi perjuangan bangsa Indonesia saat itu. Kisah sejarah yang disajikan dapat berupa lisan dan tulisan. Apabila kita mendengarkan seseorang menceritakan tentang peristiwa Bandung Lautan Api, maka itu termasuk katagori kisah lisan. Tetapi apabila kita ingin mengetahui peristiwa Bandung Lautan Api dengan membaca buku-buku yang bercerita tentang Bandung Lautan Api, maka itu termasuk dalam katagori bentuk kisah tulisan. Ciri-ciri Sejarah Sebagai Kisah menampilkan ciri-ciri berikut Bersifat subjektif yaitu sejarah suatu kisah yang merupakan cerita, sifatnya bergantung kepada siapa yang menceritakan; Sarana untuk mengungkapkan kembali sejarah; Kisahnya nyata atau benar – benar terjadi; Hasil karya atau ciptaan seseorang. Contoh Ada kebiasaan pada orang-orang tertentu mencatat dalam buku hariannya tentang peristiwa-peristiwa penting. Misalnya seorang jenderal pemimpin perang, mencatat bagaimana strategi yang dia lakukan ketika menghadapi perang dengan Belanda. Dalam catatannya ini kita dapat menemukan penuturan bagaimana semangat pasukannya, jumlah pasukannya, daerah-daerah perlawannya, kekuatan lawan, senjata yang digunakan, dan hal-hal lainnya. Kemungkinan apabila kita tanyakan kepada anak buahnya tentang perang tersebut, bisa berbeda kesannya dari apa yang dituturkan oleh catatan sang jenderal tersebut. Akhir-akhir ini kita sering melihat banyak tokoh penting yang menulis biografinya. Buku tersebut biasanya banyak bercerita tentang peristiwa-peristiwa penting yang dilihat atau dialami oleh tokoh itu. Tokoh yang menulis biografi tersebut akan memberikan penilaiannya tersendiri tentang suatu peristiwa. Peristiwa tersebut bisa dinilai sebagai sesuatu yang positif atau negatif. Tetapi, kalau kita baca biografi tokoh yang lainnya tentang suatu peristiwa yang sama sebagaimana yang telah ditulis oleh tokoh sebelumnya, kemungkinan akan memberikan kesan yang berbeda. Misalnya tokoh yang mendukung peristiwa reformasi 1998 di Indonesia akan menyatakan bahwa peristiwa tersebut sebagai sesuatu yang positif dalam membangun demokratisasi di Indonesia. Sebaliknya bagi tokoh yang merasa dirugikan kedudukannya dengan adanya peristiwa reformasi, ada kemungkinan akan memberikan penilaian yang jelek terhadap peristiwa reformasi. Buku-buku sejarah yang kamu baca, merupakan salah satu bentuk dari sejarah sebagai kisah. Sejak kamu duduk di bangku Sekolah Dasar sampai dengan SMA atau MA sekarang, pelajaran sejarah sudah diberikan. Buku-buku pelajaran sejarah yang kamu baca di sekolah, banyak menceritakan sejarah bangsa Indonesia, mulai dari zaman prasejarah, sampai dengan perkembangan kontemporer. Cerita-cerita sejarah yang terdapat dalam bukubuku pelajaran sejarah tersebut, merupakan kesan atau tafsiran dari si penulis buku.
Sejarahsebagai kisah adalah cerita berupa narasi yang disusun dari memori, kesan, atau tafsiran menusia terhadap kejadian atau peristiwa yang terjadi atau berlangsung pada waktu lampau atau sejarah serba subjek. Dengan demikian, dalam sejarah sebagai kisah, subjektivitas akan muncul. Hal ini berbeda dengan sejarah sebagai peristiwa.
Pengertian Sejarah Sebagai Kisah Lengkap Beserta Contohnya - Dalam kehidupan sehari-hari sering kita jumpai cerita atau kisah seperti kisah perjuangan Pangeran Diponegoro, pertempuran 10 November dan masih banyak lagi. Kisah - kisah itu dapat kita baca dari buku, baik buku paket sejarah di sekolah, karya ilmiah, buku-buku sejarah. Selain itu secara lisan bisa sobat dapatkan dari cerita guru sejarah di sekolah, orang tua di rumah, atau teman-teman kalian. Setelah mengetahui kisah-kisah itu sobat akan merasakan setidaknya dua hal yaitu rasa senang, kagum, bangga, termotivasi, hingga terinspirasi. Selain itu sobat juga bisa merasakan tidak senang, benci, marah hingga mengutuk sesuatu, seseorang atau sekelompok manusia. Itulah dua sisi dari sebuah kisah. Namun sesungguhnya apa itu kisah? Menurut KBBI Kamus Besar Bahasa Indonesia online, kisah diartikan sebagai cerita tentang kejadian riwayat dan sebagainya dalam kehidupan seseorang dan sebagainya; kejadian riwayat dan sebagainya. Lalu apa hubungan kisah dengan sejarah? Pada kesempatan kali ini saya akan mengajak sobat mempelajari materi lanjutan dari sejarah sebagai peristiwa sebagai berikut Pengertian Sejarah Sebagai Kisah Sejarah secara umum dapat diartikan sebagai peristiwa dalam kehidupan manusia yang telah terjadi pada masa lampau. Peristiwa sejarah direkonstruksi melalui fakta-fakta sejarah yang berasal dari sumber sejarah yang telah diverifikasi. Menurut R. Moh. Ahli sejarah sebagai peristiwa dikatakan sebagai sejarah serba-objek. Peristiwa dalam sejarah bersifat unik dan abadi, artinya hanya sekali terjadi dan tidak akan terulang kembali. Lalu bagaimana peristiwa yang sudah terjadi pada masa lampau dapat dihadirkan kembali di masa sekarang? Perisitiwa itu dihadirkan kembali dengan cara diceritakan atau dikisahkan oleh manusia kepada manusia lainnya baik secara tertulis maupum lisan. Dalam perkembangannya nanti dikenal istilah sejarah sebagai kisah. Menurut R. Moh Ali, sejarah sebagai kisah adalah cerita berupa narasi yang disusun dari memori, kesan atau tafsiran manusia terhadap kejadian atau peristiwa yang terjadi atau berlangsung pada waktu lampau. Dengan demikian di dalamnya terdapat pula penafsiran sejarawan terhadap makna suatu peristiwa. Siapakah yang diperbolehkan menceritakan kembali peristiwa sejarah? Sebenarnya siapa pun boleh melakukannya, kapan pun, dimana pun, dalam kondisi apapun dan dapat diulang-ulang. Namun untuk menghasilkan cerita atau kisah sejarah yang memberikan pengaruh kepada pembacanya dibutuhkan serangkaian metode sejarah dan ketrampilan khusus lainnya yang tidak semua orang mampu melakukannya. Hal tersebut menjadi penting untuk meminimalisir subjektifitas dalam sejarah. Suka atau tidak suka, subjektifitas dalam sejarah pasti akan berpengaruh dalam hasil akhir penulisan kembali peristiwa sejarah. Upaya menceritakan kembali peristiwa sejarah ini erat kaitannya dengan istilah sejarah sebagai ilmu. Perbedaan Sejarah Sebagai Kisah dan Sejarah sebagai Peristiwa. Berdasarkan penjelasan di atas, dapatlah kita ketahui perbedaan mendasar antara sejarah sebagai kisah dan sejarah sebagai peristiwa yakni sejarah sebagai kisah lebih dekat dengan subjektifitas, artinya latar belakang asal usul, pendidikan dan tujuan orang yang menceritakan kembali peristiwa sejarah sangat mempengaruhi jalannya cerita sejarah. Sedangkan sejarah sebagai peristiwa lebih mengutamakan sisi objektifitas dalam sejarah. Maksudnya peristiwa sejarah harus dihadirkan kembali semirip mungkin dengan peristiwanya itu sendiri. Tentunya tetap mengacu kepada sumber sejarah sebagai bukti adanya peristiwa sejarah. Kendala yang dihadapi obyektifitas dalam sejarah adalah tidak lengkapnya sumber sejarah yang tersisa. Sehingga upaya penulisan kembali sejarah yang semirip mungkin dengan peristiwanya sendiri sulit diwujudkan. Hal ini dapat diatasi dengan kombinasi antara sejarah sebagai peristiwa dan sejarah sebagai kisah. Contoh Sejarah Sebagai Kisah Peristiwa sejarah dapat diceritakan dalam dua cara, secara tertulis dan lisan. Secara tertulis cerita sejarah dapat dibaca dalam buku-buku sejarah baik buku-buku pelajaran, karya ilmiah atau buku-buku sejarah, untuk perguruan tinggi, majalah dan surat-surat kabar. Sebagai contoh cerita sejarah secara tertulis adalah tentang biografi Pangeran Diponegoro. Jika ditulis oleh sejarawan Belanda yang pro pemerintah kolonial maka Diponegoro dalam pikiran dan pendapat Sejarawan tersebut dipandang sebagai "pemberontak" bahkan mungkin "pengkhianat". Akan berbeda jalannya cerita biografi Diponegoro jika ditulis oleh sejarawan yang pro perjuangan Bangsa Indonesia, Diponegoro akan dikatakan sebagai "Pahlawan". Pangeran Diponegoro sedang memimpin peperangan Secara lisan cerita sejarah dapat didengarkan dari narasi, ceramah, percakapan-percakapan, penyajian pelajaran sejarah di sekolah-sekolah atau kuliah-kuliah di perguruan tinggi dan dari siaran radio atau televisi. Juga dapat menyaksikan dalam sandiwara dan film. Sebagai contoh cerita sejarah secara lisan adalah kesaksian dari para pelaku sejarah, seperti pada peristiwa pertempuran 10 November 1945. Akan terjadi perbedaan kesaksian antara pelaku sejarah yang satu dengan yang lainnya. Hal ini dikarenakan adanya perbedaan memori, pengalaman dan kesan akan peristiwa yang dialami secara bersama-sama. Demikian yang dapat saya bagikan kepada sobat terkait materi Pengertian Sejarah Sebagai Kisah Lengkap Beserta Contohnya. Sampai jumpa pada kesempatan berikutnya. Salam Historia.
CMBmmvw.